Tersentak aku membaca chat di grup whatsapp. Pak Tris meninggal. Tetangga beda RT yang sehari-hari nampak baik-baik saja. Aku pun mencari informasi lebih lanjut, dan apa yang aku dengar sungguh membuatku tak mampu menahan cemburu.
Jadi setiap hari Jumat, menurut penuturan istri beliau, Pak Tris biasa berangkat Jumatan sebelum adzan karena kondisi fisik yang sudah stroke tidak memungkinkan untuk bisa berjalan cepat. Beliau akan pamit sama istrinya, lalu berjalan tertatih menggunakan tongkatnya.
Tapi kemarin beda cerita. Saat adzan terdengar, Bu Tris yang sedang istirahat di kamar atas tersentak kaget. Karena merasa suaminya belum pamitan untuk berangkat ke masjid. Saat di cek tongkatnya juga masih ada. Sontak ada perasaan tidak enak yang Bu Tris rasa. Karena ini sesuatu yang diluar kelaziman.
Beliau segera turun ke kamar bawah, di mana Pak Tris biasa beristirahat. Ternyata Pak Tris sudah berbaring tenang dan rapi dengan tangan terlipat di dada. Berbaring untuk selamanya. Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun…
Bu Tris gugup mencoba memanggil tetangga untuk memastikan kembali. Dan ternyata Pak Tris memang sudah pergi. Pergi dengan sangat tenang dan bahagia. MasyaAllah, kematiannya begitu indah.
Aku mendengar cerita ini tertegun, dan menetes air mata. Bagaimana bisa seorang bisa menjemput ajal dengan sangat tenang, dan rapi seperti itu. Apa yang membuat beliau istimewa, sehingga Allah beri jalan kematian yang indah.
Saat takziyah, Bu Tris sempat aku tanya, amalan istimewa apa yang biasa Pak Tris lakukan selama hidupnya. Dan, ya, fakta bahwa beliau sudah menderita stroke selama 18 tahun cukup menjadi salah satu keistimewaannya. 18 tahun yang sudah pasti tidak mudah, dijalani dengan penuh kesabaran.
Meski separuh tubuhnya lumpuh, namun Pak Tris tetap rajin shalat di masjid yang berjarak sekitar 150 meter dari rumah. Jangan bayangkan jalannya datar. Jalanan dari rumah beliau ke masjid adalah jalanan perbukitan yang menurun tajam. Kalau yang pernah ke rumahku tahu ya, medannya seperti apa. Artinya saat kembali beliau harus menempuh jalan menanjak tinggi.
Ah, sungguh menampar sekali. Bahkan orang yang secara fisik sempurna saja banyak yang masih abai untuk menunaikan kewajiban shalat di masjid. Maka, istimewa kondisi beliau ini, sangat istimewa. Sehari 5 kali dijalankan dengan konsisten. Allahu Akbar.
Selain itu, Pak Tris adalah sosok yang tidak suka membiarkan keluarganya menyia nyiakan makanan. Makanan di piring harus dihabiskan, tidak boleh disisakan. Bukan hanya karena itu sunnah Nabi, namun juga karena beliau keluarga petani yang tahu betul perjuangan menanam padi seperti apa.
Dan yang ketiga, masih kata Bu Tris, almarhum ini seseorang yang mencintai bumi. Beliau rajin memilah sampah. Yang organik dan anorganik beliau pilah. Ya Allah, aku jadi malu karena sampai saat ini masih belum konsisten memilah sampah. Masih seenaknya asal rapi langsung main lempar.
Entahlah, apakah hal-hal di atas itu yang membuat beliau diwafatkan dalam kondisi yang sangat baik. Tapi aku meyakini, bahwa apa saja yang dilakukan manusia selama di dunia, akan ditampakkan oleh Allah. Bagiku, mengetahui bagaimana kebiasaan beliau di saat masih hidup, cukup menjadi jawaban.
Masih segar dalam ingatan, sekitar satu pekan sebelumnya, walikota Bandung, Bapak Oded M. Danial juga wafat. Dalam kondisi setelah shalat tahiyatul masjid, kemudian berjalan menuju mimbar untuk khutbah Jumat, lalu beliau tak sadarkan diri yang berakhir dengan ajal.
Walikota yang setiap malam memiliki kebiasaan untuk merenung memaafkan kesalahan orang-orang sebelum tidur. Walikota yang dicintai warganya, yang lebih suka di masjid bertemu dengan jamaah daripada istirahat di rumah.
MasyaAllah. Sungguh, beliau berdua ini memberikan banyak pelajaran untukku. Selamat jalan Pak Tris, Mang Oded. Husnul khatimah insyaAllah.
masyaAllahu tabarakallahu, ceritanya sungguh menyentuh dan menjadi ibrah buat kita, semoga kita semua mendapatkan husnul khatimah,...aamiin. thankyou for sharing.
BalasHapusMasya Allah, kisah akhir hidup yang indah. Semoga beliau husnul khatimah. Ini menjadi pelajaran bagi yang masih hidup
BalasHapusKematian memang pengingat paling baik bagi kita yang masih hidup.
BalasHapusApakah kisah nyata atau hanya fiksi kak? Tersentuh sekali ketika membaca tulisannya.
BalasHapusIni kisah nyata kak
HapusMasyaa Allah, akhir kehidupan yg sangat indah. Pun semoga kita semua kelak juga akan Allah wafatkan dalam keadaan yg husnul khotimah ❤.
BalasHapusBerita tentang wafatnya Haji Oded membuatku merenung. Allah wafatkan dalam kondisi yang indah
BalasHapusMasyaalloh. Cara kematian yang sangat baik
BalasHapusmasyAllah wajib dii tiru amal amalannya
BalasHapusMasya Allah.. kisah yang inspiratif.
BalasHapusMasya Allah.. Semoga kita juga bisa dapatkan husnul khatimah
BalasHapuspas baca awalnya langsung ingat mang Oded, eh bagian akhir alhamdulillah dibahas, semoga kita semua menggapai husnul khotimah 🥺
BalasHapusMang Oded sosok muda inspiratif membawa perubahan yang keren bagi bangsa
BalasHapusJalan berpulang yang indah ya mba. Dan amalan yang almarhum kerjakan membuat saya tersentil, saya saja jarang sholat ke masjid, padahal Alhamdulillah masih sehat wal afiat. Terimakasih tulisannya Mba.
BalasHapus