www.ritakana.com |
Bismillah, tulisan kali ini aku kasih judul Kalau Sudah Rezeki Tak Akan Kemana. Eit, ini bukan judul sinetron lho. Aku cuma pengen sharing tentang kejadian yang kemarin ku alami. Satu kejadian sederhana sebenarnya, tapi cukup membuatku termenung.
Kebetulan Yang Direncanakan
Jadi, kemarin aku ajak anak-anak jalan keluar rumah. Biasalah, daripada nge gabut dirumah dan lagi-lagi mainan gadget, bikin emaknya sewot. Jadi mending diajak jalan, main ke rumah teman, mampir ke toko buku, habis itu buka puasa bersama.
Ada satu teman yang cukup dekat denganku, dan anaknya juga sekolahnya barengan dengan anakku saat SD. Sudah lama sekali lost contact. Nggak tahu kenapa tiba-tiba keingetan dan pengen ke rumahnya.
Dalam perjalanan menuju rumah teman, cari oleh-oleh dulu nih. Nyetir sambil tengok kanan kiri, kali-kali ada yang jual sesuatu yang bisa buat oleh-oleh. Hmm, apa kira-kira ya, buah? Lauk? Cemilan? Anak-anak ikut bantuin nyari-nyari. Beberapa warung yang dilewati masih pada tutup, maklum karena masih siang-siang di bulan puasa. Ya udah gak papa, cari lagi saja.
Berhubung sudah masuk waktu dhuhur, jadi mampir dulu ke mushola terdekat. Ada masjid, terlewat, ada mushola terlewat, begitu beberapa kali karena beberapa kondisi. Karena tidak terlihat, atau karena parkirnya susah, juga karena masjidnya tutup. Sampai ketika lewat sebuah mushola di kiri jalan, kok rasanya cocok, jadi berbalik lalu segera masuk parkiran. Sempet membatin juga, ini tempat apa sebenarnya. Tidak ada papan namanya. Sekolah bukan, apa rumah sakit? Kayaknya juga bukan. Rumah bersalin mungkin? Nggak tahu deh.
Waktu menuju tempat wudhu, tiba-tiba ketemu sama seseorang yang sudah sangat akrab. Pak Supri. Lho, kok bisa Pak Supri disitu?
Pak Supri ini adalah tetangga yang tinggal di kampung sebelah. Dia jualan frozen food keliling, dari sosis, tempura, nugget, dan lain sebagainya. Eh, juga ada Pow, bakpau-bakpau mungil yang sedap disantap saat hangat. Biasanya aku masukin magic com sebentar sebelum disantap. Coklatnya, meleleh-leleh. Hangat, manis, empuk. Duh, jadi laper.
Kaget ketemu Pak Supri karena lokasi ketemunya jauh banget dari rumah. Aku spontan bilang sama anak-anak, rejekinya Pak Supri nih. Singkat cerita, akhirnya aku beli oleh-oleh di Pak Supri, beli lumayan banyak, disisakan satu bungkus karena duitnya udah limit, hehe.
Di perjalanan sambil ngobrol dengan anak-anak. Kok bisa gitu ya. Beneran kalau sudah rezeki tak akan kemana.
Biasanya Pak Supri jual datang ke rumah, nggak selalu ketemu, atau juga nggak dibeli. Sudah lama sekali nggak beli, karena sudah ada stok dirumah. Nah, ternyata gampang saja dibuatkan kondisi biar ketemu dan beli. Kenapa dari sekian waktu kok hari itu kepengen nengok teman, perlu cari oleh-oleh, cari tempat sholat nggak dapet-dapet. Sampai akhirnya ketemu disitu.
Kayaknya semua serba kebetulan. Tapi apakah memang semua kejadian itu hanya kebetulan saja terjadi? Kalau aku percaya semua by design. Rencana sempurna dari Yang Maha Kuasa. Kejadian begini ini membuat hati jadi tentram, karena yakin, segala sesuatu, termasuk didalamnya adalah rezeki, semuanya sudah diatur. Tugas kita adalah berikhtiar.
Another Story
Satu lagi kejadiannya. Di hari sebelumnya, aku juga tidak tahu kenapa ada dorongan kuat untuk menengok teman yang sedang sakit cukup parah. Hampir dua tahun kondisinya menjadikan dia tidak bisa lagi beraktivitas normal. Hanya bisa berbaring di kasur.
Sampai di rumahnya, ya Allah, harus kutahan-tahan air mata agar tidak tumpah. Sosok yang saat gadisnya energik dan penuh semangat, sekarang hanya tergolek di tempat tidur. Ah, sungguh kuat sekali kamu, menanggung ujian hidup seberat itu.
Jadi, dia sakit sudah selama itu, tapi karena beberapa alasan, memutuskan untuk tidak dirawat secara medis. Sudah banyak orang yang membujuk agar mau dibawa ke rumah sakit, tapi tetap tidak mau. Sampai saudaranya sendiri juga ‘memarahi; tapi tetap tidak goyah dengan pilihan pengobatan alternatif.
Waktu melihat kondisi fisiknya yang sudah sangat lemah, aku tidak tahan untuk tidak mengajak dia ke dokter. Aku ajak dia bicara, tentang keinginan sembuh. Dia menangis, dan bilang pengen sembuh, agar bisa membesarkan anak-anaknya. Ikhtiar yang sudah dilakukan selama ini sudah dijalani, dan hasilnya penyakit makin memburuk. Maka, harus ada ikhtiar lain untuk mencari kesembuhan.
Akhirnya dia setuju, keluarga juga setuju. Kalau masalah biaya, insyaAllah sudah ada lembaga yang siap support upaya penyembuhannya secara medis. Ambulance sudah dipanggil untuk jemput, dan alhamdulillah dimudahkan untuk masuk ke rumah sakit pusat milik pemerintah provinsi.
Ketika teman-temannya tahu dia akhirnya mau dirawat, semuanya senang dan lega. Dan takjub, kok bisa akhirnya dia mau. Aku bilang, bukan aku yang membuat dia mau dirawat. Sebelum aku datang, beberapa waktu, sudah banyak yang mendorong untuk dirawat, banyak yang ngomong. Dan dia juga sudah mau.
Jadi, saat aku datang, kondisinya dia dan keluarga sedang bingung bagaimana caranya kalau mau ke rumah sakit. Dokter yang diundang belum ada yang mau dan bisa ke rumah. Ambulance pemerintah yang dipanggil juga menolak untuk membawa ke rumah sakit dengan alasan kondisinya bukan termasuk kegawatdaruratan.
Nah, pas aku datang, semuanya sudah lebih mudah, karena dengan kondisi seperti itu insyaAllah aku bisa bantu. Ada banyak teman dokter dan klinik yang bisa dihubungi untuk menanganinya. Aku hanya merasakan, betapa Allah Yang Maha Menggerakkan. Kenapa kok hari itu aku sangat ingin kesana. Kenapa pas dia sudah memantapkan diri untuk mau dirawat. Benar-benar Allah yang atur semuanya. Semua kemudahan diatur sama Allah. Manusia cuma menjalaninya saja.
MasyaAllah, di bulan suci, Allah berikan banyak kejadian penguat iman. Kalau sudah rezeki tak akan kemana. Apakah rezeki berupa harta, kemudahan urusan, maupun rezeki ilmu yang dihamparkan luas tersebar di kejadian dalam kehidupan. Terima kasih Yaa Rabb...
Sampai di rumahnya, ya Allah, harus kutahan-tahan air mata agar tidak tumpah. Sosok yang saat gadisnya energik dan penuh semangat, sekarang hanya tergolek di tempat tidur. Ah, sungguh kuat sekali kamu, menanggung ujian hidup seberat itu.
Jadi, dia sakit sudah selama itu, tapi karena beberapa alasan, memutuskan untuk tidak dirawat secara medis. Sudah banyak orang yang membujuk agar mau dibawa ke rumah sakit, tapi tetap tidak mau. Sampai saudaranya sendiri juga ‘memarahi; tapi tetap tidak goyah dengan pilihan pengobatan alternatif.
Waktu melihat kondisi fisiknya yang sudah sangat lemah, aku tidak tahan untuk tidak mengajak dia ke dokter. Aku ajak dia bicara, tentang keinginan sembuh. Dia menangis, dan bilang pengen sembuh, agar bisa membesarkan anak-anaknya. Ikhtiar yang sudah dilakukan selama ini sudah dijalani, dan hasilnya penyakit makin memburuk. Maka, harus ada ikhtiar lain untuk mencari kesembuhan.
Akhirnya dia setuju, keluarga juga setuju. Kalau masalah biaya, insyaAllah sudah ada lembaga yang siap support upaya penyembuhannya secara medis. Ambulance sudah dipanggil untuk jemput, dan alhamdulillah dimudahkan untuk masuk ke rumah sakit pusat milik pemerintah provinsi.
Ketika teman-temannya tahu dia akhirnya mau dirawat, semuanya senang dan lega. Dan takjub, kok bisa akhirnya dia mau. Aku bilang, bukan aku yang membuat dia mau dirawat. Sebelum aku datang, beberapa waktu, sudah banyak yang mendorong untuk dirawat, banyak yang ngomong. Dan dia juga sudah mau.
Jadi, saat aku datang, kondisinya dia dan keluarga sedang bingung bagaimana caranya kalau mau ke rumah sakit. Dokter yang diundang belum ada yang mau dan bisa ke rumah. Ambulance pemerintah yang dipanggil juga menolak untuk membawa ke rumah sakit dengan alasan kondisinya bukan termasuk kegawatdaruratan.
Nah, pas aku datang, semuanya sudah lebih mudah, karena dengan kondisi seperti itu insyaAllah aku bisa bantu. Ada banyak teman dokter dan klinik yang bisa dihubungi untuk menanganinya. Aku hanya merasakan, betapa Allah Yang Maha Menggerakkan. Kenapa kok hari itu aku sangat ingin kesana. Kenapa pas dia sudah memantapkan diri untuk mau dirawat. Benar-benar Allah yang atur semuanya. Semua kemudahan diatur sama Allah. Manusia cuma menjalaninya saja.
MasyaAllah, di bulan suci, Allah berikan banyak kejadian penguat iman. Kalau sudah rezeki tak akan kemana. Apakah rezeki berupa harta, kemudahan urusan, maupun rezeki ilmu yang dihamparkan luas tersebar di kejadian dalam kehidupan. Terima kasih Yaa Rabb...
Setuju banget bu, mau diusahakan seperti apa kalau belum rezeki ya nggak bakal sampai ke kita ya. Tapi kalau memang udah rezekinya, keknya gampaaang aja jalannya.
BalasHapusBener banget mbak, kayak rezeki waktu tiba2 dapet info ttg blogspedia itu lho, nggak nyangka bakal bisa ikutan kelas blogging kece
HapusMasya Allah watabarokallah.
BalasHapusPengalaman luar biasa bu Rita benar-benar mengajarkan kita betapa tidak sesuatu pun yang terjadi secara kebetulan, tetapi semuanya berjalan dengan grand desain yang apik dari Allah SWT.
Iya Pak Guru, namun pengalaman2 bagus juga akan terlewat kalau kita tidak mengambil pelajarannya ya. Kudu tadabur, tafakur.
HapusMasya Allah Bu Rita, kadang rezeki memang nggak ada yang di duga. Bulan Ramadan ini juga aku banyak dapet hal bahagia yang selama ini cuma jadi wishlist. Alhamdulillah dalam perjalanan untuk mewujudkannya :)
BalasHapusMasyaAllah senengnya 😍
HapusMbrebes mili bacanya. Mudah-mudahan semua kejadian itu makin menguatkan keyakinan kita kepada Allah. Semua ada yang ngatur
BalasHapusAamiin, iya bu lil
HapusKalau aku sering banget kejadian apa yang aku pikirkan benar-benar diterjadikan. Misalnya baru saja mikir ingin makan semangka enak banget rasanya, tiba-tiba ada yang ngasih atau ada yang traktir tanpa harus beli.
BalasHapusHeaven banget ya mbak
HapusKarena memang Allah yang Maha Mengatur segalanya. Maha membolak balik hati manusia. Apalah kita yang hanya seorang manusia
BalasHapusIya bener mbak
Hapusmasyaa allah yaaa, perhitungan Allah itu gak akan ketuker :')
BalasHapusYuhuu..bener banget mbak. Makasih ya sudah mampir
BalasHapus