Assalamu’alaikum Teman-teman,
Pernahkah bertanya pada diri sendiri seberapa rindu kamu untuk bisa berkunjung ke tanah suci? Siang tadi ada satu cerita yang membuatku ingat kembali tentang kerinduan ini.
Ceritanya, kemarin ada mantan tetangga yang ingin bertanya tentang umroh di Hasanah Tour, karena ada saudara yang mau berangkat. Agar bisa lebih puas berbagi info, aku sengaja untuk silaturahim saja langsung ke rumah beliau, Bu Pur, begitu biasanya kami menyebut. Saat Bu Pur menyebutkan siapa yang mau berangkat umroh, aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Pak Mail. Iya, calon jamaah umrohnya itu Pak Mail. Dan saat aku tanyakan, siapa yang akan memberangkatkan Pak Mail, alias siapa yang mau membayarkan biaya umrohnya, aku dibuat terkejut dua kali. Pak Mail membiayai umrohnya sendiri. Kok bisa? How?
Siapakah Pak Mail
Kalau Teman-teman main di daerah perumahan Kinijaya Kedungmundu Semarang, dan melihat seorang laki-laki dengan celana selutut dan kaos kumal sedang membersihkan selokan, atau sedang membabat rumput, mungkin itu adalah Pak Mail. Sekali waktu Pak Mail terlihat memotong ranting-ranting pohon yang mulai tinggi, atau mengepel dan membersihkan kaca masjid. Lalu saat hari Jumat tiba berubah menjadi tukang parkir masjid. Ya, begitulah sosok Pak Mail. Kebayang kan, kenapa aku sampai terkaget-kaget mendengar sosok bermata sipit dengan peci yang miring dan sarung berantakan tiap mau ke masjid ini mau berangkat umroh dengan biaya sendiri.
Sampai aku, mungkin agak tidak sopan, bertanya pada Bu Pur, bagaimana bisa Pak Mail punya uang untuk umroh. And, here we go…
Ceritanya Begini. Pak Mail rutin menyisihkan sebagian penghasilannya kepada Bu Pur, minta tolong untuk disimpankan. Dia pernah bilang sama mendiang istrinya kalau ingin sekali ke tanah suci. Dulu melihat orang pakai mobil bagus, bisa berangkat umroh dan haji, Pak Mail hanya bisa mengadukan kegalauannya pada istrinya. Pengen sekali berangkat, tapi uang terpakai terus untuk rumah. Iyalah, dengan lima anak yang harus dibesarkan tentu tidak mudah situasinya. Dan sang istri hanya bisa meminta suaminya agar bersabar.
Namun ternyata kerinduannya untuk memenuhi panggilan Allah itu tidak bisa dikalahkan oleh keadaan. Meski sedikit, tapi dia tetap menyisihkan. Dan, Allahu Akbar. Ternyata kemudian rezekinya mengalir deras dan semakin deras.
Konsep Rezeki Pak Mail
Jangan dibayangkan rezekinya mengalir deras lalu mendadak jadi milyuner ya, hehe.. Tentu masih tetap di dunianya Pak Mail. Dia cerita, tiap bulannya terima upah dari RT sebagai keamanan dan ketertiban sekian, lalu dari masjid, belum lagi kalau ada acara-acara pasti dapet saweran.
“Kulo niku mboten nate pados damelan, Bu Agung”, katanya padaku dengan logat jawa yang kental. Dia nggak pernah cari kerjaan. Tapi kerjaan yang ngejar-ngejar dia. Tiap hari ada saja orang yang meminta tolong. Entahlah membetulkan keran air yang mampet, got yang kotor, memangkas pohon, atau sekedar menunggui rumah saat ditinggal pergi. Dan, katanya lagi, orang-orang memberi upah itu tidak sedikit.
Misalnya ketika diminta menunggu rumah yang ditinggal pergi beberapa hari Pak Mail dikasih lima ratus ribu. Terus saat diminta memotong ranting-ranting, ditanya mau upah berapa, Pak Mail bilang terserah mawon, terserah saja. “Malah kulo disukani arto abang-abang. Malah saya dikasih uang yang merah-merah (ratusan ribu beberapa lembar-pen).
“Saya tidak pernah berdoa minta rezeki yang banyak, Bu. Saya mintanya terus di tambah rejekinya.”
“Kok bisa gitu, Pak”, tanyaku.
“Coba Bu Agung kalau ada yang minta upah seratus ribu gimana. Paling bilang, lha kok enak belum-belum minta segitu. Beda kalau orangnya bilang, saya nggak minta berapa-berapa, saya minta ditambah saja. Kira-kira gimana, Bu. Mesti malah dikasih banyak. Makanya saya nggak minta rezeki yang banyak sama Allah. Minta ditambah saja terus. Alhamdulillah rezeki saya ngalir terus,” jelasnya bersemangat.
Aku manggut-manggut. Seakan aku baru mengenal Pak Mail. Padahal sudah bertahun-tahun aku kenal. Beberapa kali juga sudah minta tolong. Tapi baru kali ini mengenal sosok Pak Mail lebih dalam lagi. Sesekali sambil bicara dari lisannya yang agak kurang jelas itu meluncur ayat-ayat Quran yang cukup fasih dihafalnya. MasyaAllah, ini pun aku baru tahu. Ckckck...
Umroh di Masa Pandemi
Singkat cerita, Pak Mail ingin berangkat segera. Namun, ternyata harus bersabar lagi. Karena umroh di masa pandemi syarat-syaratnya lebih rumit. Salah satu syarat yang jelas tidak bisa dipenuhi adalah syarat usia. Usia calon jamaah umroh yang diijinkan oleh Kerajaan Saudi Arabia adalah kisaran 18-50 tahun saja sebagaimana dilansir oleh Detik.com. Sedangkan saat aku cek KTP nya usia Pak Mail tahun depan sudah masuk 56 tahun. Tapi tak apa, insyaAllah nanti saat vaksin covid sudah bisa digunakan kondisi akan menuju normal kembali. InsyaAllah.
Setelah kujelaskan beberapa hal penting terkait dengan umroh, akhirnya bisa lega Pak Mailnya. Ada harapan bisa berangkat di sekitar bulan Maret atau awal April. Selambatnya di bulan September ba’da Idul Adha, insyaAllah. Yang plus Turki ya, katanya. Sudah jalan jauh, kalau bisa sekalian jalan-jalan. Ashiaap, Pak Mail, hehe..
Akhirul Kalam
Aku dan Bu Pur pun hanya bisa tersenyum mendengar cerita Pak Mail. Senyumku senyum takjub. Takjub dengan kekuatan tekad dan kekuatan rindu itu. Mampu menggulung semua halangan yang ada. Ah, sungguh aku mendapat pelajaran berharga siang ini.
Memang ya, berangkat umroh itu bukan seberapa banyak uang yang dimiliki, tapi seberapa rindu kamu ingin benar-benar kesana. Bagaimana menurutmu, Teman? Sharing yuk di kolom komentar di bawah ini.
Wassalamu’alaikum wr wb
Selalu terharu setiap mendengar orang2 yang Allah mudahkan berangkat ke rumah-Nya.
BalasHapusMudah-mudahan harapan pak Amil segera terwujud. Aammiin...
Iya bu,kekuatan iman selalu menggetarkan
HapusMasya Allah, pelajaran yang tak sederhana dari orang yang sederhana
BalasHapusVery true mbak
HapusBu ritaaa... Ada bakat gini lho ngedesain..eheheh bagus Bu.. tulisannya juga baguuusss..
BalasHapusHahaha, itu masih asal nempel2 doang, masih kudu banyak belajar
HapusMasyaaAllah..mengharukan ceritanya buuu, saya juga juga rindu baitullah, ingin duduk lama-lama bermunajat sambil lihatin Kabah
BalasHapusKabulkan keinginan saudari kami yg shalihah ini ya Allah...
HapusMerinding bacanya, kalau sudah panggilan emang tak ada yang bisa menghalangi. Kisah yang menginspirasi. Tiba-tiba jadi merindu haramain.
BalasHapusIya mbak, semoga pandemi segera berlalu dan bisa bebas berkunjjng ke haramain lagi
HapusMasya Allah Pak Mail, terimakasih pelajarannya.
BalasHapusAku juga ingiiiiin sekali ke Mekah. Sangat ingin.
Semoga disegerakan ya mbak, aamiin..
HapusMasya Allah, semoga Pak Mail diberikan kesehatan dan kemudahan ketika di tanah suci nanti ya bu. Saya jadi pengen ke sana juga :")
BalasHapusHarus pengen dong
HapusMaasyaAllah, sungguh cerita ini mengandung bawang, terharuu. MaasyaAllah, terima kasih bu Rita sudah menulis cerita ini.
BalasHapusSemoga Pak Mail Sehat selalu, terwujud ke tanah suci tahun depan. Aamiin.
Aamiin aamiin...
Hapusaku belum pernah menginjakkan kaki sendiri di tanah suci, tapi selalu rinduuuuu banget pengen kesana. kalau denger cerita orang tentang tanah suci suka bahagia, sedih, penuh haru, merinding. Ya Allah pengen banget kesana 😭
BalasHapusDikuatin tekadnya, mulai nabung meski dikit2 mbak, insyaAllah dimudahkan
HapusYa, betul. Seberapa rindu kita pada kota Mekkah bakal membawa kita ke sana. Saya ngalaminnya. Kalau dihitung pake matematika, rasanya gak cukup. Tapi konsep mencari rezeki Pak Mail memang benar saya alamin. Semoga kita semua bisa beribadah umroh dan haji. Aamiiin.
BalasHapusMasyaAllah mbak, kapan2 sharing dong
HapusBener juga yah, sangat inspiratif ceritanya Mba
BalasHapusAlhamdulillah, makasih mbak santi
Hapusbaarakallah Bu Rita yang memudahkan banyak orang lain untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, ceritanya mantap jiwa huhuhu
BalasHapusAlhamdulillah...aamiin..makasih mbak Rachma
HapusSemoga kita semua bisa umroh, aamiin. :)
BalasHapusAamiin...aamiin...makasih mbak dewiqqqqq
HapusCerita yang menarik nih, suka cara pikir beliau gak minta banyak rezeki tapi minta rezeki di tambah
BalasHapusIya mbak, saya aja sampe amazed dengernya
HapusYaa ampuun, aku jd ngerasa tersindiir niihh sama pak Mail.
BalasHapusTerima kasih Mba Rita sudah berbagi cerita inspiratif ttg pak Mail, ini sangat² luar biasaaa..
Apalagi ttg minta tambah rejeki bukannya minta rejeki banyak. Masya Allah 😍😍
Iyes mb pida, rezeki silaturahim jd dpt pelajaran bagus
Hapus